Selamat Buat Koran PWI
Pertama-tama saya ucapkan selamat dan sukses kepada para senior yang menerbitkan Koran PWI.
Sebagai seorang yang sejak kecil punya cita-cita ingin menjadi wartawati, tentunya saya merasa gembira dengan hadirnya media cetak yang dikelola oleh para insan pers, khususnya yang tergabung dalam PWI Sulsel. Apalagi media ini punya misi untuk ikut mencerdaskan bangsa, utamanya menyangkut dunia kewartawanan, sehingga saya atau rekan-rekan lain patut untuk membaca Koran PWI kalau sudah terbit.
Soal rencana menerbitkan koran ini, saya mendengar dari paman saya yang kebetulan juga berprofesi sebagai wartawan. Paman saya mengatakan, peredarannya akan dirangkaikan dengan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2009 dan HUT ke-63 PWI di Jakarta, 9 Februari 2009. Sekali lagi, selamat dan sukses buat Koran PWI, tapi jangan lupa saya minta gratis koran edisi perdananya, ya.
Fentri Amir, SE
Jl. Dg. Sirua Timur 14-A, Makassar
Pendidikan Kewartawanan
Media pendidikan memang sudah banyak beredar, tapi pendidikan tentang seluk beluk pers dan ilmu jurnalistik masih jarang, apalagi di daerah kabupaten. Makanya saya berharap Koran PWI menjadi media pendidikan kewartawan-an, terutama untuk pelajar.
Saya sudah tidak sabar menunggu terbitnya Koran PWI, karena saya dan beberapa teman suka mengklipimg tulisan-tulisan di koran yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan, cerpen, dan lain-lain.
Saya berharap, Koran PWI benar-benar bisa menjadi media untuk mencerdaskan masyarakat yang tidak sebatas pada dunia tulis menulis, tapi juga hal-hal lain seperti soal pergaulan yang bermanfaat, menghindari pengaruh narkoba dan seks bebas, serta lain-lain.
Yang tidak kalah pentingnya, adalah bagaimana Koran PWI itu nantinya bisa membangkitkan semangat generasi muda untuk tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena dalam pergaulan sehari-hari, saya dan teman-teman remaja masih sering bercakap dengan menggunakan bahasa Indonesia yang ‘blepotan’.
Oleh karena itu, misi pendidikan yang diemban Koran PWI, diharapkan bisa mengikis kebiasaan buruk remaja tersebut saat berbahasa.
Demikian harapan saya dan terima kasih kepada ayahanda wartawan senior atas infonya tentang akan terbitnya Koran PWI..
Alimuddin Beddu
Siswa SMA Pancarijang, Sidrap
Gampang Jadi Wartawan
Era reformasi yang telah membawa perubahan di beberapa sendi kehidupam masyarakat akhir-akhir ini, seolah mengingatkan kita pada masa kanak-kanak dulu, saat kita baru belajar jalan dan bicara.
Meski saat belajar berdiri dan melangkah itu kita dituntun oleh kakak, orang tua atau sanak keluarga yang lain, namun sering langkah kita semaunya menuruti kata hati.
Begitu pula saat mulai belajar bicara, kita sering mengoceh seenaknya dengan sesekali tertawa terkekeh-kekeh, sehingga mengundang rasa lucu dan gemas bagi siapa pun yang menyaksikan tingkah laku kita yang lucu.
Ilustrasi ini sengaja saya gambarkan, mengingat pergeseran nilai sekarang membuat sebagian orang kerap lupa di mana dia berada, dengan siapa dia berhadapan dan apa yang sedang ia bicarakan.
Reformasi juga telah membuat sebagian orang ‘nekat’ melakukan pekerjaan yang sesungguhnya ia sendiri tidak memahami ilmunya. Sebut saja pekerjaan wartawan yang dianggapnya gampang.
Walau pun saya adalah anak desa yang memiliki segala keterbatasan, namun kadang saya merasa risih melihat begitu gampangnya kini orang mengaku sebagai wartawan.
Saya contohkan tetangga saya sendiri yang dulunya berprofesi sebagai juru parkir di salah satu pusat pertokoan, tapi entah bagaimana sekarang ia beralih profesi sebagai wartawan, padahal seingat saya sekolahnya tak tamat SMP.
Pertanyaan saya, apa yang bisa diperbuat oleh bekas tetangga saya tersebut dengan dunianya yang asing?
Bukankah wartawan itu merupakan pekerjaan atau profesi intelek yang harus punya wawasan luas?
Ataukah mungkin karena akhir-akhir ini sebagian orang menganggap pekerjaan wartawan itu gampang dan enak, sehingga semarak pers terjadi di mana-mana?
Semoga melalui Koran PWI ini masyarakat menjadi tahu seperti apa tugas dan peranan wartawan itu sesungguhnya.
Eva Mustika
BTN Je’ne Ci’nong, Gowa
Demam Caleg
Demam caleg kini sedang mewabah di hampir seluruh daerah di tanah air. Sejumlah baliho dan stiker pun terpampang dengan beragam pesan.
Sebagai mahasiswa saya tidak tertarik untuk mengomentari persoalan banyaknya bermunculan ‘wajah baru’ di dunia perpolitikan kita akhir-akhir ini.
Saya berharap Koran PWI nantinya memberikan informasi dan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat.
Suryani Rahmat
Jl. Parinring VI/8 Antang, Makassar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar