Tidak Semua Lembaga Survei dapat Dipesan
Banyak yang menuding Lembaga Survei dapat dipesan atau dibeli. Lembaga survei pun kemudian mempertaruhkan dirinya dengan melakukan pengumuman hasil perhitungan cepat pada Pemilu dan Pilkada.
Terlepas dari bagaimana hasil perhitungan cepat dan hasil surveinya, be-narkah tudingan bahwa lemba-ga survei bisa dipesan atau dibeli?
Calon presiden dari Partai Indonesia Sejahtera (PIS), Sutiyoso dalam suatu kesempa-tan menyebutkan bahwa ada lembaga survei yang bisa dipe-san oleh sekelompok tertentu.
Pernyataan itu disayangkan oleh Direktur Lingkaran Survei Indonesia Denny JA. Ia mengatakan semua tergantung track record lembaga survei bersangkutan.
“Tergantung trak record lembaganya, kalau baru muncul 3, 6 bulan, atau kemarin itu belum teruji dan sangat mungkin,” kata kepada okezone.
Denny memang tidak menampik, saat ini ada banyak lembaga survei yang memiliki reputasi yang baik dan buruk. Cara menilai lembaga survei tersebut, ia menyebut perlunya melihat track record dari masing-masing lembaga survei tersebut.
“Yang penting juga tiap ada pengumuman lembaga survei, recordnya harus teruji. Misalnya dia buat quick count yang ketika dicocokkan dengan hasil KPU atau KPUD, tidak salah, tapi kalau yang nggak pernah ya mungkin saja melakukan hal itu,” tandasnya.
Dia juga membantah, kalau semua lembaga survei disamaratakan dengan wacana tersebut.
“Tergantung lembaga surveinya. Kalau ecek-ecek mungkin, tapi kalau yang sudah teruji tidak akan dilakukan. Penyanyi tidak bisa diseragamkan, ada yang kelas dunia seperti New Kid on The Block. Dan media juga harus cerdas dalam memilih lembaga survei yang akan digunakan,” tuturnya.
Tak Ada Jual Beli
Direktur Eksekutif LSI Saiful Mujani, juga menampik tudingan lembaganya melakukan “jual-beli” dalam melakukan survei Partai Politik.
LSI pada minggu pertama Januari 2009 merilis hasil surveinya yang mengatakan peringkat PKS sebagai partai paling bersih dari korupsi turun ke posisi kedua di bawah Partai Demokrat.
“Saya kira tudingan ini sangat tidak beralasan, karena asumsinya salah. Saya tegaskan di sini, kami, khususnya LSI tidak pernah ada ‘jual beli’. Saya tidak tahu kalau lembaga lain,” ujarnya.
Selain itu, Mujani menilai PKS terlalu sensitif menanggapi hasil survei yang dilakukan LSI, yang menmpatkan PKS berada di urutan nomor dua klasemen, setelah Partai Demokrat.
“Lagi pula kemarin kami tidak pernah menyinggung turunnya suara PKS, mungkin media saja yang mem-blowup ini. Partai-partai besar seperti PDIP, dan Golkar juga menanggapi proporsional hasil ini,” imbuhnya.
Penurunan suara PKS sejatinya tidak terlalu signifikan dibanding partai lain yang mengalami penurunan tajam. PKS hanya turun dari 7 persen menjadi 4 persen.
“Itu kan sangat sedikit dibandingkan Golkar yang dari 22 persen menjadi 13 persen,” terangnya. (int)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar